Jumat, 02 Mei 2014

kasus-kasusnya

Seorang Ibu Rumah Tangga Ditipu “Anggota Polri” Lewat FB
Posted on Apr 14 2014 - 6:48am by cakdie
iBerita.com – Facebook adalah media komunikasi yang saat ini populer digunakan oleh ratusan juga penduduk dunia. Di Indonesia, pengguna FB sangat banyak jumlahnya. Dengan FB, para pengguna bisa berteman tanpa harus berjumpa, bertransaksi jual beli atau melakukan komunikasi lainnya atas dasar saling percaya.
Namun, Anda harus hati-hati saat menggunakan FB. Karena jejaring sosial ini juga sering dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan aneka kejahatan. Kejahatan itu dapat berupa berita bohong hingga pidana yang berupa penipuan atau rencana pemerkosaan dan sejenisnya.
Baru-baru ini seorang ibu rumah tangga dari Kabupaten Meranti Riau berhasil ditipu oleh orang yang mengaku sebagai “anggota polri” sehingga mau mentransfer uang 34 juta rupiah. Ibu yang bernama Rahmah Yulis (32) warga Kecamatan Tinggi Tinggi, Kabupaten Meranti, Riau mengaku bahwa ia telah mentransfer uang kepada seseorang kenalannya di FB yang bernama Briptu Kelvin Saputra yang mengaku sebagai anggota polri
Dalam penjelasannya ke polisi, korban mengaku pria kenalannya lewat FB itu menghubungi dirinya pada bulan Februari. Sang pria yang menggunakam seragam Polri Polda Jawa barat dalam foto profil FB-nya tampak meyakinkan Yulis. Akhirnya Yulis mau mentransfer uang sebanyak 7 kali bulan Maret sampai April dengan total 34 juta rupiah. Demikian terang Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Z Pandra Arsyad, Minggu (13/4/2014).
Yulis mengaku bahwa dirinya seperti dihipnotis dan baru menyadari usai mendapat telepon dari suaminya yang bekerja di Malaysia. Ia bahkan tidak menyadari apa yang telah ia bicarakan dengan orang yang mengaku “anggota Polri” tersebut. Ia hanya tahu bahwa dia merasa sangat kasihan sehingga dia segera mentransfer. Ia baru sadar uangnya melayang dan akhirnya dia melaporkan ke polisi sebagai korban penipuan.
Saat ini polisi masih mengusut kasus ini. Bagi Anda pengguna FB, sebaiknya hati-hati dengan modus penipuan seperti ini.


Hati-Hati, Jangan Unggah Scan KTP di FB
Posted on Apr 30 2014 - 10:11am by cakdie
iBerita.com – Kejahatan di dunia maya kini semakin marak. Modus operandi yang dilakukan para pelaku kejahatan pun mulai bervariasi. Satu modus terungkap segera muncul modus yang baru. Ruang eksplorasi dunia maya yang terlalu luas harus membuat para pengguna internet berhati-hati, terutama para pengguna jejaring sosial.
Salah satu hal yang seharusnya jangan dilakukan saat melakukan aktivitas online di Facebook adalah mengunggah scan atau fotocopy identitas diri seperti KTP, SIM atau yang lainnya. Hal itu akan sangat rawan di mana identitas kita disalahgunakan untuk tindakan kriminal. Salah satu kejahatan yang mudah dilakukan dengan modus scan KTP atau identitas tadi adalah praktek-praktek penipuan. Celakanya, pelakunya justru mungkin selamat kita yang kena batunya.
Di era teknologi digital yang serba canggih ini, kriminalitas semakin berkembang. Penipuan adalah bentuk tindakan kriminal yang paling populer. Bagaimana tidak, orang yang tidak mengalami pengalaman yang memadai dapat dengan mudah diperdaya dengan berbagai janji-janji manis dari pemilik akun yang sejatinya tidak pernah diketahui identitas aslinya. Dengan mudahnya orang yang tidak punya pengalaman seperti ini percaya waktu ditunjukkan scan KTP atau identitas sah lainnya.
Dalam kepentingan yang lebih besar, KTP akan memudahkan penjahat menggunakan NIK yang tertera untuk melakukan verifikasi pada situs-situs online profesional sehingga mereka dengan leluasa dapat menjalankan aksi kejahatannya. Jika ini berhasil dilakukan oleh penjahat, situs onlinenya akan mengalami masalah dan sudah pasti kita akan menjadi orang yang dipaksa terlibat dalam kasus yang rumit ini.
Maka dari itu, sebaiknya hindari hal-hal semacam ini agar kita tidak terjebak dalam tindakan kriminalitas yang berbahaya.


Penipuan Lewat FB Masih Terjadi, Kali Ini dengan Hipnotis
Posted on Apr 14 2014 - 2:50pm by Ary
iBerita.com – Situs buatan Mark Zuckerberg, Facebook memang masih menjadi social network terpopuler sampai saat ini. Ada banyak hal yang bisa dilakukan orang melalui FB. Mulai dari menemukan teman-teman lama yang tak terhubung, menjalin rekanan dengan partner. atau bahkan melakukan bisnis dengan cara jual beli.
Tetapi ada saja oknum tak bertanggung jawab yang menggunakan FB sebagai media kejahatan. Beberapa waktu lalu seringkali kita dengar kasus menghilangnya anak-anak usia remaja yang menemui teman Facebook tanpa izin kepada orang tuanya. Selain itu, modus penipuan juga semakin beragam membuat setiap pengguna wajib waspada.
Selain modus jualan dengan harga super murah yang mengatasnamakan produk BM (Black Market), penipuan di Facebook bahkan berkembang ke ranah hipnotis.
Seperti dilaporkan BeritaBulukumba, (14/4), Seorang warga Meranti Kabupaten Riau bernama Rahmah Yulis merasa dihipnotis hingga mengucurkan dana sebesar 34 juta rupiah kepada teman FB nya.
Melalui Facbeook, Rahmah dan oknum yang mengaku sebagai anggota Polri bernama Briptu Kelvin Saputra berkomunikasi sejak Februari 2014 lalu. Korban beberapa kali melakukan transfer uang kepada sang penipu, dan baru menyadarinya setelah transfer sebanyak 7 kali.
Kasus penipuan FB ini memang cukup jarang terjadi, karena biasanya penipuan semacam ini tak menggunakan unsur hipnotis. Tetapi hanya gombal-gombal manis yang membuat calon korban terjerat.
Aduan korban tentang kasus penipuan dengan hipnotis ini masih menjadi penyelidikan p0lisi. Pasalnya, pihak berwenang juga merasa aneh karena korban baru menyadari setelah transfer sebanyak 7 kali.
Via : Beritabulukumba


Kamis, 17 April 2014 | 16:21 WIB
Kasus Pornografi Anak Online, Ini Modus Tersangka
TEMPO.CO, Jakarta - Tjandra Adi Gunawan, Manajer Quality Assurance PT KSM, mengaku sebagai dokter reproduksi di media sosial Facebook untuk menjerat anak-anak di bawah umur. Tercatat, enam anak menjadi korban kejahatan yang dilakukan oleh alumni sekolah kedokteran gigi sebuah universitas negeri di Jawa Timur itu.

Untuk menjerat korban, Tjandra memakai nama akun dokter palsu di Facebook dengan nama perempuan Lia Halim. "Yang tampak di Facebook, wanitanya cantik," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu, 16 April 2014.

Sebelum menjerat korban, kata Arief, Tjandra mempelajari profil enam anak-anak tersebut. "Dia lalu invite korban sebagai teman di Facebook dan mengajak korban chat melalui messenger," ujarnya. Setelah itu, Arief menambahkan, Tjandra meminta para korban memfoto alat kelamin dan payudaranya dengan berbagai pose. "Lebih parah lagi, anak-anak ini diminta melakukan masturbasi dan onani," tuturnya.

Tjandra lalu mengirim foto-foto ke akun Facebook orang tua dan guru para korban. Tak hanya Facebook, Tjandra juga menyebarnya di Kaskus. "Dia lalu menggunakan identitas korban untuk mencari korban lainnya," ujar Arief.

Sedangkan tujuan Tjandra mengirim foto ke orang tua korban, menurut Arief, adalah sebagai bentuk pemerasan dan adu domba. "Orang tua dengan orang tua dan orang tua dengan guru. Lalu, orang tua menuduh gurunya yang menyebar foto-foto tersebut," katanya.

Kepolisian juga menduga Tjandra berafiliasi dengan jaringan pedofilia internasional. Sebab, di laptop tersangka ditemukan percakapan dengan sejumlah warga negara asing. "Tersangka menerima tawaran untuk saling tukar dan jual-beli gambar pornografi anak," ujarnya.

Adapun para korban terdiri atas empat siswi pelajar sekolah dasar dan masing-masing satu siswi dan siswa sekolah menengah. "Dampaknya atas kejadian ini, para korban merasa depresi, malu, dan tidak mau sekolah," tutur Arief.

SINGGIH SOARES


Rabu, 16 April 2014 | 20:00 WIB
Sebar 10 Ribu Pornografi Anak, Manajer Ditangkap
TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Tindak Pidana Khusus Ekonomi Badan Reserse Kriminal Mabes Polri mengungkap kasus pornografi anak di Facebook dan Kaskus. Kasus yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur itu, menimpa enam anak di bawah umur.

Kepala Direktorat Tindak Pidana Khusus Ekonomi Bareskrim Polri Brigadir Arief Sulistyanto mengatakan kasus ini terungkap setelah salah satu orang tua korban melapor ke Polda Jawa Timur pada 29 November 2013. Lantaran penyelidikan tak kunjung mendapat kesimpulan, mereka kembali melapor pada 12 FebruarI 2014.

"Sampai 26 Februari 2014 belum juga ada perkembangan," kata Arief di Bareskrim Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu 16 April 2014. Pada 5 Maret lalu, lanjut Arief, orang tua korban kembali berdiskusi dengan kepolisian. "Dari informasi itu, kami bentuk tim untuk mulai melakukan penyelidikan secara online."

Selang dua hari, Arief menjelaskan, Bareskrim Polri menurunkan tim cyber crime ke Surabaya. Tim ini berkoordinasi dengan keluarga korban, Kaskus, dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Menurut Arief, tim kesulitan mencari tersangka lantaran dia menggunakan identitas palsu.

"Pada minggu kedua, tim berhasil mengidentifikasi pelaku yang kemungkinan bekerja di sebuah perusahaan karena identitas pelaku aktif di perusahaan itu," ujar Arief. Pada 24 Maret lalu, Arief meneruskan, tim menggerebek pelaku di PT KSM. Akhirnya, Tjandra Adi Gunawan, manajer PT KSM, ditetapkan sebagai tersangka.

Dari tersangka, tim cyber crime menyita sejumlah barang bukti, yakni dua unit laptop, tiga telepon genggam, satu modem, dan lima flashdisk. "Kami meyakini pelaku inilah yang melakukan kejahatan ini. Kami membawa pelaku ke Jakarta, 26 Maret," tutur Arief. Tersangka dituduh menyebar 10.236 foto pornografi anak ke Facebook dan Kaskus.

Tersangka, kata Arief, dijerat dengan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi dan Pasal 27 ayat 1 juncto Pasal 52 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Arief menyatakan tersangka terancam hukuman 12 tahun dan denda sebanyak Rp 6 miliar serta ditambah sepertiga dari maksimum ancaman pidana, "Karena pelaku melibatkan anak-anak dalam kegiatan atau menjadikan anak sebagai objek."

Adapun para korban terdiri atas empat siswi pelajar sekolah dasar serta satu siswi dan satu siswa pelajar sekolah menengah. "Dampaknya atas kejadian ini, para korban merasa depresi, malu dan tidak mau sekolah," ucap Arief.

SINGGIH SOARES

Tidak ada komentar:

Posting Komentar